Selasa, 28 Juni 2011

KULIT SINGKONG SEBAGAI ALTERNATIVE PEMBUATAN KOMPOS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang di tanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan, dan kulit singkong yang paling luar berwarna coklat tua. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Belakangan ini banyak orang yang menganggap kulit singkong hanya sebagai limbah atau sampah dan sering kali disepelekan oleh sebagian besar orang,namun ternyata selain dianggap sebagai limbah dari tanaman singkong,kulit singkong memiliki kandungan Carbon, Hidrogen,oksigen,nitrogen dan, air sebagai  unsure yang di butuhkan tanaman. Pada kulit singkong menurut penelitian (Ankabi,2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan.
Dalam hal ini kami mencoba untuk memberikan inovasi baru dengan menggunakan kulit singkong yang pada dasarnmya tidak digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku pembuatan kompos. Harapannya, dengan menggunakan kulit singkong tersebut disamping dapat menyediakan unsure hara bagi tanaman. Pada percobaan ini, jenis tanaman yang diuji cobakan adalah sawi. Selain itu, penggunaan kulit singkong dapat meningkatkan nilai tambah ekonomis bagi petani, mengurangi limbah singkong, dan sebagai alternative baru sebagai kompos kulit singkong.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
·     bagaimana kulit singkong sebagai bahan kompos dapat memberikan hasil yang lebih baik dan  efisien sebagai bahan alternative pada tanaman sawi?
·         Bagaimana pengaruh kompos kulit singkong terhadap pertumbuahan tanaman sawi?


1.3  Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
·         Untuk mengetahui kulit singkong sebagai bahan kompos memberikan hasil yang lebih baik da efisien sebagai bahan alternative pada tanaman sawi.
·         Untuk mengetahui kulit singkong sebagai bahan kompos tidak memberikan dampak yang juga akan memberikan penurunan kwalitas pada tanaman sawi.

1.4  Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :
·         Agar  kita sebagai mahasiswa pertanian dapat mengetahui cara-cara untuk membuat kompos dari bahan kulit singkong.
·         Dengan adanya alternative kulit singkong sebagai bahan pembuatan kompoas sehingga dapat memberikan solusi kepada para petani.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kompos
            Kompos merupakan hasil fermentasi ataw dekomposisi dari bahan-bahan organic seperti tanaman, hewan, atau limbah organic lainnya. Kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:
1.      Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan,
2.      Mempeerbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai.
3.      Menambah daya ikat air pada tanah,
4.      Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
5.      Mempertinggi daya ikat tanah tehadap zat hara,
6.      Mengandung hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit(jumlah hara ini tergantung dari bahanpembuat pupuk organic),
7.      Membantu proses pelapukan bahan mineral,
8.      Member ketersediaan bahan makanan bagi mikroba,
9.      Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan,
Ada beberapa masam pupuk dari bahan organic yang di kenal, yaitu pupuk kandang, humus, pupuk hijau, dan pupuk guano. Pupuk hijau dan pupuk guano tidak mengalami proses penguraian atau pengomposan, sedangkan puppuk kandang dan humus melalui proses pengomposan.
Kompos merupakan semua bahan organic yang telah mengalami degradasi/penguraian,pengomposan sehingga berubah bentuk dan sudah tidak dikenali lagi bentuk aslinya, berwarna kehitam-hitaman, dan tikdak berbau. Bahan organic ini berasal dari  tanaman maupun hewan, termasuk kotoran hewan. Namun khusus pupuk yang di buat dari kotoran hewan biasa di sebut pupuk, kandang.  Adapun humus adalah hasil proses humifikasi atau perubahan- perubahan lebih lanjut dari kompos. Proses humifikasi ini dapat berlangsung hingga ratusan tahun.
Psroses pengomposan yang terjadi secara alami berlangasung dalam kurun waktu yang cukup lama. Sebagai contoh, pembuatan kompos memerluka waktu 2 sampai 3 bulan bahkan ada yang 6 sampai 12 bulan, tergantung dari bahannya. Sementara untuk membuat pupuk kandang di butuhkan waktu 2 – 3 bulan. Tenggang waaktu pembuatan
Singkong organic yang cukup lama, sementara kebutuhan pupuk  terus meningkat maka kemungkinan akan terjadi kekosongan. Oleh karena itu, para ahli ahli melakukanberbagai upaya untuk mempercepat proses pengomposan tersebut melalui berbagai penelitian, bebrapa hasil penelitian menunjukkan proses pengomposan dapat di percepat menjadi 2 – 3 minggu atau 1 – 1,5 bulan, tergantung pada bahan dasarnya.

2.2 Prinsip Pengomposan
            Bahan organic tidak dapt langsung di gunakan atau di manfaatkan oleh tanaman karena perbanndingan C/N dalam bahan tersebut relative tinggi atau tidak sama dengan C/N tanah. Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen. Nilai C/N tanah sekitar 10 – 12. Apabila bahan organic mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat di gunakan ataun di serap tanaman. Namun, umumnya bahan organic yang segar mempunyai C/N yang tinggi, seperti  jerami padi 50 – 70; daun – daunan > 50(tegantung jenisnya ); cabang tanaman 15 – 60 (tergantung jenisnya ); kayu yang telah tua dapat mlencapai 400.
            Prinsip pengomposan adalah menuirunkan C/N ratio bahan organic hningga sama dengan C/N tanah (<20). Dengoan semakin tingginya C/N bahan maka ,proses pengomposan akan semakin lama karena C/N harus di turunkan. Waktu yang di perlukan untuk menurunkan C/N bermacam-macam dari 3 bulan hingga tahunan. Hal ini terlihat dari proses pembuatan humus di alam, dari bahan organic untuk menjadi humus di perlukan bertahun – tahun (humus merupakan hasil proses lebih lanjut dari pengomposan).
            Dalam proses pengomposan terjadi peerubahan seperti 1.) karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO2 dan air, 2.) zat putih telur menjadi amoniak, CO2 dan air, 3.) peruraian senyawa organic menjadi senyawa yang dapat di serap tanaman. Dengan perubahan tersebut, kadaar karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (ammonia) meningkat. Dengan demlikian, C/n semakin rendah dan relative stabil mendekati C/N tanah.
            Pelngomposan atau dekomposisi merupakan peruraian dan pemantapan bahan- bahan organic secara biologi dalam temperature termofilik (temperature yang tinggi ) dengan hasil akhir bahan yang cukup bagus untuk di gunakan ke tanah tanpa merugikan lingkungan. Temperature termofilik terjadi karena kelembapan dan suasana aerasi yang tertentu. Setelah temperature tercapai, microorganism dapat aktif menguraikan bahan organic.
            Pengomposan dapat tejadi dalam kondisi aerobic dan anaerobic. Pengomposan aerobic yang terjadi dalam keadaan ada O2, sedangkan pengomposan anaerobic tanpa O2. Dalam proses pengomposan anaerobic di hasillkan metana (alcohol), CO2, dan senyawa antara seperti asam organic. Dalam proses pengomposan anaerobic sering meninmbulkan bau yang tajam sehingga tegnologi pengomposan banyak di tempuh dengan cara anaerobic.
            Dengan mengetahui proses dekomposisi dan factor yang mempengaruhinya maka proses dekomposisi dapat berjalan lancer bila kondisi dapat di lakukan dengan baik. Proses dekomposisi dapat berjalan dengan lancar bila kondisi lingkungan terkontrol. Kkondisi yang perlu di jaga adalah kadar air, aerasi, dan temperature.
            Dengan mengetahui proses dekomposisi dan factor yang memepengaruhi maka proses dekomposisi dapat berjalan lancar bila kondisi linknungan terkontrol. Kondisi yang perlu di jaga adalah kadar air, aerasi, dan temperature
1.    Kadar Air
Kadar air hahrus di buat dan di pertahankan sekitar 60%. Kadar air yang kurang dari 60% menyebabkan bakteri tidak beerfungsi. Sedangkan bila lebih dari 60% akan menyebabkan kondisi anaerob.
2.    Aerasi
Pada dekomposisi aerob, oksigen harus tersedia cukup di dalam tumpukan. Apabila kekurangan oksigen, proses dekomposisi tidak tidak dapat berjalan. Agar tidak kekurangan oksigen, tumpukan kompos harus di balik minimal seminggu sekali.
3.    Temperatur
Selama proses dekomposisi, otemperatur di jaga sekitar 60oC selama 3 minggu. Pada temperature tersebut, selain bakteri bekerja secara optimal, akan terjadi penurunan C/N ratio dan pemberantasan bakteri pathogen maupun biji gulma.

2.3 Singkong
            Bahwa  Singkong merupakan umbi akar yang dimana kulit nya mempunyai fungsi sebagai bahan untuk kompos yang selama ini masyarakat telah menganggapnya sebagai limbah yang di mana tidak mempunyai nilai fungsi. Dalam hal ini menurut penelitian (Ankabi,2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan yang berpotensi sebagai insektisida tumbuhan tanaman. Kulit singkong memiliki kandungan  yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut:
Kandungan
C
H
O
N
S
H2O
persentase
59,31
9,78
28,74
2,06
0,11
11,4
Pada table di atas di dapat kandungan C di dapat59,31% yangberarti terdapat carbon yang tinggi pada kulit singkong, pada H di dapat 9,78%, O(28,74%) , N dengan kandungan 2,06 % , S dengan kandungan 0,11% dan H2O dengan kanndungan 11,4%.
           
BAB III
METODOLOGI
3.1              Alat dan Bahan
·         Alat
a.       Cetok berfungsi untuk merata  mengaduk campuran kulit kayu dengan bahan lainya.
b.      Ember berfungsi untuk tempat pembuatan kompos.
c.       Pisau berfungsi untuk memotong kulit singkong menjadi kecil-kecil.
·         Bahan
a.       Kulit singkong 5 kg
b.      Bekatul 2 kg
c.       Molase 1 liter
d.      EM4   1 botol
e.       Timba cat tembok + tutup
3.2              Cara Kerja
1. Larutan EM4 +MOLASE+ AIR DI CAMPUR MERATA 
2. Kuit Singkong yang telah di potong kecil-kecil di campur merata dengan bekatul
3. Kedua bahan di campur 
4. Di aduk rata dengan cetok  sampai kandungan  air 30 – 40 %
5. Letakan bahan  campuran pada  cat catimba dan tutup
6. Proses fermentasi sekitar 4 – 7 hari
ANGGARAN DANA

1.      Kulit singkong                                    5 kg @Rp 5000,00                  Rp   5.000,00
2.       Bibit sawi                                           1 sached @Rp 13.000,00        Rp 13.000,00
3.       EM4                                                   1 botol@Rp 12.0000,00         Rp 12.000,00
4.      molase                                                  1 liter@Rp 5000                    Rp   5.000,00
5.      bekatul                                                2 kg   @Rp 5000                     Rp   5.000,00

Total                                                                                                   Rp 40.000,00

1 komentar: